Pengendara Fortuner-Pajero Dicap Arogan, Psikolog: Dimensi Mobil Bisa Mempengaruhi Perilaku

pengendara-fortuner-pajero-dicap-arogan-psikolog-dimensi-mobil-bisa-mempengaruhi-perilaku
                

Aksi brutal pengendara Fortuner di Senopati, Jakarta Selatan, pada Minggu (12/2/2023) seakan menguatkan anggapan arogan pengemudi mobil jenis tertentu.

Sebelumnya, pengemudi Pajero Sport arogan juga tertangkap kamera menyerobot antrean di pintu tol, hingga menampar pengemudi Yaris. Aksi arogan tersebut, diposting Anggota DPR Ahmad Sahroni di akun Instagram pribadinya, @ahmadsahroni88.

Dari dua contoh kasus tersebut, stempel arogan makin menguat pada pengendara Fortuner-Pajero.

Menanggapi hal tersebut, psikolog Klinis Sri Wulandari, M.Sc., M.Psi., menilai stereotip arogan yang kerap dikaitkan dengan pengendara Fortuner-Pajero bukan hal baru, dan juga terjadi di negara lain.

“Umumnya, stereotip arogan ini lekat dengan ukuran kendaraan yang cenderung tinggi, lebar, dan tampilan yg intimidatif. Dimensi kendaraan yang demikian menimbulkan perasaan kuat, gagah, dan percaya diri. Sedikit banyak ini akan mempengaruhi sikap seseorang dalam mengemudi. Ia mungkin merasa lebih utama dibanding pengguna jalan lainnya atau seolah berhak untuk mengambil lebih banyak space di jalan,” kata Sri Wulandari kepada Inilah.com, Selasa (14/2/2023).

Sri menambahkan, di Indonesia, merk dan model-model kendaran Fortuner-Pajero memang sering dipergunakan oleh institusi yang berwenang, seperti kepolisian, militer, atau kendaraan pengamanan sehingga diasosiakan dengan citra berkuasa.”Citra berkuasa ini yang seringkali ingin diinternalisasi dan ditampilkan oleh pemilik kendaraan,” sambungnya.

Psikolog yang tergabung dalam PION Clinician itu menekankan, meski tak punya sifat aroganpun, ukuran kendaraan dapat mempengaruhi baik itu pengemudinya sendiri, maupun pengendara mobil lainnya.

“Tanpa disadari, keberadaan kendaraan ini di jalan saja juga sudah mempengaruhi sikap dari pengemudi lainnya, meski tanpa disertai dengan sikap arogansi. Misal, karena ukuran yang ekspansif, asosiasi dengan institusi berwenang, dan stereotip bahwa pengemudi kendaraan ini cenderung semena-mena di jalan, maka hanya dengan melihat kendaraannya saja, pengemudi lain serta merta langsung memberi jalan atau setidaknya mengambil jarak. Entah karena merasa terintimidasi atau karena malas berurusan dengan pengemudinya yang kerap dicap arogan,” bebernya.

Sikap yang demikian kata Sri, semakin menguatkan persepsi diri dan citra yang ingin dibangun oleh pengemudi kendaraan besar yang memang ingin merasa berkuasa dan diutamakan di jalan.”Tentunya ini bukan mengeneralisasi sikap semua pengendara model ini, namun berusaha menjelaskan apa yang dilakukan oleh segelintir oknum,” tandasnya.

Shares