Kuliah Tamu Psikologi Bermain

kuliah-tamu-psikologi-bermain
                

Rangkaian kuliah tamu mata kuliah Psikologi Bermain dengan tema “Aplikasi Psikologi Bermain dalam Psikoterapi” yang diselenggarakan pada hari Kamis dan Jumat, 22-23 Oktober 2020 pukul 18.00-20.00 melalui zoom meeting berjalan dengan lancar dan tepat waktu.  Narasumber pada kuliah tamu ini adalah Astrid Wen, M.Psi, Psikolog yang merupakan satu-satunya pakar Theraplay di Indonesia dan Dr Stefano Scippa Palleni, psikolog dan terapis dengan pendekatan seni dan music dari Italia. Kuliah tamu oleh Astrid Wen dipandu oleh dosen Psikologi Bermain, Ari Pratiwi, M.Psi, Psikolog, sedangkan kuliah tamu oleh Dr Stefano dipandu oleh Ziadatul Hikmiah, M.Sc.

Materi pertama yang dibawakan oleh Astrid Wen memberikan pemaparan kepada mahasiswa mengenai prinsip-prinsip dasar Theraplay, pentingnya Theraplay, dan contoh penerapan Theraplay dalam setting terapi psikologi. Astrid Wen juga menjelaskan 5 Prinsip Theraplay, antara lain (1) sederhana, tidak banyak aturan yang membingungkan, (2) menikmati momen, tidak terdistraksi oleh gangguan, (3) dipandu oleh orang dewasa, (4) menyenangkan, dan (5) terdapat connection, yang dapat berupa sentuhan, kontak mata, komunikasi verbal maupun non-verbal. Theraplay dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan permasalahan anak dengan orang tua, khususnya yang berkaitan dengan masalah attachment atau connectedness. Astrid Wen juga menunjukkan beberapa video aktivitas Theraplay. Dalam sesi kuliah tamu ini, partisipan sangat antusias dalam berdiskusi. Pada materi mengenai Theraplay, banyak partisipan yang bertanya mengenai berbagai macam permasalahan yang dapat diatasi dengan pendekatan Theraplay. Astrid Wen juga memandu seluruh peserta untuk bermain dengan gerakan-gerakan sederhana secara virtual.

Pemateri kedua dipaparkan oleh Dr Stefano Scippa Palleni, atau lebih akrab disapa dengan Dr Steve, seorang pakar Art & Music Therapy yang berasal dari Italia. Dr Steve memaparkan pentingnya seni dan musik sebagai sarana ekspresi bebas manusia, yang dapat membantu individu untuk dapat mengenali diri secara lebih jujur. Hal ini penting, karena jika individu mengalami permasalahan psikologis, maka pikirannya akan dipenuhi dengan pikiran-pikiran negatif. Maka seni dan musiklah yang mampu membebaskan pikiran dari hal-hal negative tersebut. Lebih lanjut, Dr Steve memaparkan bahwa untuk melakukan art & music therapy, seseorang tidak perlu mahir dalam bermain musik ataupun melukis, karena yang terpenting adalah bagaimana mengekspresikan diri melalui kreativitas dalam seni. Pada materi mengenai art & music therapy inidiskusi dengan peserta cenderung bersifat filosofis, yaitu mengenai seni, bagaimana menginterpretasikan sebuah gambar/foto, serta mengenai makna-makna simbolis yang umumnya dimunculkan oleh klien ketika sesi terapi. Sesi diskusi ditutup dengan permainan saxofon yang terapeutik oleh Dr Steve

Shares