Pada akhir bulan lalu Deden dan Bima sama-sama mendapatkan kabar yang kurang menyenangkan dimana mereka gagal mendapatkan beasiswa kuliah yang mereka impikan sejak lama. Semenjak pengumuman tersebut, Deden tidak mau membahas hal-hal yang berkaitan dengan beasiswa. Ia merasa kecewa dan berusaha menghindari kecewanya dengan menyibukkan diri. Harapannya, ia bisa lupa sejenak dengan pengalaman tersebut namun justru ia semakin kehilangan arah dan semangat. Sebaliknya, Bima lebih bisa belajar untuk menerima perasaan yang ia alami pada saat itu. Ia tidak terburu-buru dan tidak berusaha keras mengusir rasa kecewanya. Dengan cara tersebut, Bima dapat merasa lebih tenang. Ia merasa bahwa kegagalan ini bukanlah akhir dari segalanya, tetapi menjadi bagian dari proses untuk berkembang lebih kuat.
Pioneer, kita tahu bahwa Deden dan Bima sama-sama memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan namun mereka memiliki cara tersendiri untuk merespon pengalaman tersebut. Salah satu konsep dalam ilmu psikologi yang pada akhirnya dapat membantu Bima adalah dengan menerapkan psychological flexibility.
Psychological flexibility adalah kemampuan seseorang untuk bisa menerima, menghadapi, dan menyesuaikan diri pada pengalaman internal yang sulit seperti emosi negatif, pikiran yang menyakitkan, atau rasa takut yang berlebih. Ketika ia bisa menerima dan tetap bertindak sesuai dengan personal value yang dimilikinya, maka ia dapat dianggap berhasil “fleksibel” dengan pengalaman sulit tersebut.
Orang dengan psychological flexibility yang baik cenderung merefleksikan pengalamannya dengan pertanyaan, ”Apa yang bisa aku pelajari dari ini?”. Sebaliknya, mereka yang sulit fleksibel cenderung menyalahkan keadaan yang biasa diawali dengan kata “kenapa”. Sebagai contoh, ”Kenapa ini terjadi padaku?”.
Psychological flexibility membantu kita untuk bisa lebih terbuka dengan semua pengalaman diri kita.
Sama seperti yang dialami oleh Deden dan Bima, kita semua akan mengalami pengalaman sulit yang sifatnya tidak terprediksi. Belajar untuk bisa lebih fleksibel dengan segala pengalaman dapat juga menjadi cara untuk menjaga kesehatan mental kita.
Pioneer, perhatikan diri Anda ketika menghadapi situasi yang sulit dan kemudian stuck. Anda merasa terjebak, kehilangan banyak energi dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sadari diri dengan pengalaman tersebut, terbuka tanpa lakukan judgment berlebih dan fokus dengan personal value kalian. Dengan demikian anda akan bisa lebih fleksibel menghadapi situasi tersebut. Namun, jika dirasa kondisi ini sudah mengganggu dalam waktu yang lumayan lama, maka Anda perlu mencari bantuan secara profesional.
Sumber :
Caspari, J. (2023, September 23). Increasing psychological flexibility through mindfulness. Psychology Today.
Cherry, K. (2023, June 16). Psychological flexibility: What it means and why it's important. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/psychological-flexibility-7509628
Dodgen-Magee, D. (2022, March 15). Psychological flexibility: How to face change and unknowns. Psychology Today.
Hall, K. (2021, March 4). Psychological flexibility and mental wellness. Psychology Today.
Doorley, J. D., Goodman, F. R., Kelso, K. C., & Kashdan, T. B. (2020). Psychological flexibility: What we know, what we do not know, and what we think we know. Social and personality psychology compass, 14(12), 1-11.