Tidak sedikit orang tua yang dibuat bingung atau frustrasi ketika anak menolak untuk pergi ke sekolah. Ada kondisi penolakan yang segera membaik keesokan harinya, namun ada juga yang berlangsung lama dan melibatkan emosi yang intens pada anak. Contohnya adalah anak menolak pergi sekolah sampai menangis dan menampilkan keluhan fisik meskipun secara medis baik-baik saja. Bila seperti ini, maka yang terjadi bukanlah sekedar malas namun merupakan pertanda bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi pada diri anak. Dalam ilmu psikologi, kondisi ini disebut dengan School Refusal yaitu kondisi dimana anak secara berulang dan emosional menolak untuk pergi ke sekolah meskipun tidak ada alasan medis atau situasi yang terlihat mengancam mereka.
Orang tua perlu untuk dapat membedakan mana kondisi School Refusal, dan mana kondisi hanya sekedar malas ke sekolah. Bila hanya sekedar malas, maka alasan yang melandasi lebih bersifat situasional atau sementara, seperti ingin bermain, menghindari ulangan, atau masih mengantuk. Selain itu, anak juga tidak menampilkan reaksi emosi yang ekstrem dan dapat segera membaik kondisinya. Sedangkan anak yang mengalami School Refusal biasanya menunjukkan reaksi emosional yang kuat terhadap ide pergi ke sekolah, seperti menangis, mual, sakit kepala, sesak nafas, atau bahkan tantrum. Penolakan ini sering kali disertai dengan kecemasan tinggi dan bisa berlangsung terus-menerus.
Apa penyebab School Refusal?
School Refusal merupakan manifestasi dari berbagai kondisi psikologis yang dialami oleh anak. Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab School Refusal antara lain :
Bagaimana dampak bila School Refusal tidak tertangani?
Jika school refusal tidak ditangani dengan tepat, apalagi bila disalahartikan sebagai sikap manja atau pembangkangan, maka anak berisiko mengalami dampak psikologis yang lebih buruk dalam jangka panjang. Selain dampak pada kondisi psikologis, ini juga dapat berdampak pada prestasi akademik yang tertinggal, yang mana hal ini dapat membuat anak merasa bahwa dirinya “bermasalah” dan “berbeda” dari teman-temannya. Orang tua atau guru yang merespons dengan paksaan atau hukuman, tanpa memahami akar permasalahannya, juga dapat memperburuk keadaan.
Kapan Perlu Asesmen Tumbuh Kembang atau Trauma?
Semakin cepat terdeteksi dan ditangani, tentu akan lebih baik bagi anak karena segera mendapatkan bantuan yang ia butuhkan. Penanganan pertama yang diperlukan oleh anak adalah orang tua yang menjadi pendengar tanpa memberikan nasihat atau judgement apapun, sembari berkoordinasi dengan konselor sekolah atau wali kelas. Orang tua perlu mempertimbangkan untuk berkonsultasi ke psikolog bila kondisi yang dialami anak adalah :
- Menolak pergi ke sekolah selama dua minggu secara konsisten
- Menunjukkan gejala cemas berlebihan, keluhan fisik tanpa sebab medis jelas, atau perubahan perilaku drastis.
- Ada dugaan bahwa anak mengalami peristiwa traumatis di sekolah atau di rumah
- Anak memiliki riwayat gangguan psikologis seperti gangguan emosi dan tumbuh kembang
Pemeriksaan psikologis ini bertujuan untuk membantu mengidentifikasi penyebab dari School Refusal dan kemudian menjadi dasar penting dalam merancang intervensi yang sesuai.
Apa yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membantu anak di rumah?
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah untuk dapat mendukung proses pemulihan anak yang mengalami School Refusal :
School Refusal adalah kondisi dimana anak butuh bantuan dan berproses untuk pulih. Dengan pendekatan yang empatik, dukungan profesional, dan kolaborasi yang baik antara orang tua dan sekolah, anak bisa kembali siap untuk belajar. Proses belajar dan berkembang dapat terwujud ketika anak merasa aman dan nyaman dengan dirinya sendiri, dengan lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah.
Daftar Pustaka: